Rabu, 30 November 2016

#SIP Artificial Intelligence (AI) dan Expert System (Sistem Pakar)




sistem pakar
Program kecerdasan buatan yang menggabungkan pangkalan pengetahuan dengan sistem inferensi. Ini merupakan bagian software spesialisasi tingkat tinggi yang berusaha menduplikasi fungsi seorang pakar dalam satu bidang keahlian. Program ini bertindak sebagai seorang ahli yang menjadi konsultan yang cerdas dan menjadi penasihat dalam lingkungan keahlian tertentu, sebagai hasil himpunan pengetahuan yang telah dikumpulkan dari beberapa orang pakar. Dengan demikian seorang awam sekalipun bisa menyadap sistem pakar itu untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi. Dewasa ini sistem pakar sudah banyak dikembangkan untuk dapat dipergunakan dalam komputer-komputer mini. Hal ini dapat kita lihat dari banyaknya dana yang diinvestasikan untuk pembuatan sistem pakar yang dapat berguna dalam kehidupan kita ini. Hal ini bisa terjadi karena sistem pakar dianggap begitu penting dan diharapkan dapat diperkenalkan pada masyarakat luas.
Sistem pakar, yang mencoba memecahkan masalah biasanya yang hanya bisa dipecahkan oleh seorang pakar, dipandang berhasil ketika mampu mengambil keputusan seperti yang dilakukan oleh pakar aslinya baik dari sisi proses pengambilan keputusannya maupun hasil keputusan yang diperoleh. Sebuah sistem pakar memiliki 2 komponen utama yaitu basis pengetahuan dan mesin inferensi. Basis pengetahuan merupakan tempat penyimpanan pengetahuan dalam memori komputer, di mana pengetahuan ini diambil dari pengetahuan pakar (Kusrini, 2008).
Ada banyak cara untuk merepresentasikan pengetahuan, di antaranya adalah logika (logic), jaringan semantik (semantic nets), object-atribut-value (OAV), bingkai (frame), dan kaidah produksi (production rule) (Kusrini, 2008).
Mesin inferensi merupakan otak dari aplikasi sistem pakar. Bagian inilah yang menuntun user untuk memasukkan fakta sehingga diperoleh suatu kesimpulan. Apa yang dilakukan oleh mesin inferensi ini didasarkan pada pengetahuan yang ada dalam basis pengetahuan (Kusrini, 2008).

Kaitannya AI dan Sistem Pakar
AI dan sistem pakar sama-sama memudahkan penyelesaian masalah manusia seperti dalam perhitungan, dan biasanya akan lebih konsisten dalam menerapkan logika sebab digunakannya dalam metode heuristic. AI dan Sistem Pakar persamaannya berbasis komputer yang terdapat adanya fakta, pengetahuan, dan memecahkan masalah yang biasanya dilakukan para ahli.

Perbedaan AI dan Sistem Pakar
Sistem pakar lebih mengacu pada perancangnya sendiri sebagai objek dalam menghasilkan sebuah hasil yang maksimal, sedangkan AI lebih mengacu kepada jalur yang berorientasi pada hardware guna mencapai yang maksimal.

ELIZA

Pada 1966, Joseph Weizenbaum dari MIT memperkenalkan Eliza, suatu program komputer yang mampu berkomunikasi dan bisa menanggapi manusia dengan menggunakan bahasa sehari-hari. Weizenbaum berharap Eliza dapat menembus dinding pembatas antara komputer dan manusia. Eliza termasuk kedalam sistem pakar.

PARRY
Colby, Hilf, Webber dan Kraemer (1972) mensimulasikan seorang pasien, dan menyebut program ini PARRY, karena ia mesimulasikan seorang pasien paranoid. Mereka memilih seorang paranoid sebagai subyek karena beberapa teori menyebutkan bahwa proses dan sistem paranoia memang ada, perbedaan respon psikotis dan respon normalnya cukup hebat, dan mereka bisa menggunakan penilaian dari seorang ahli untuk mengecek keakuratan dari kemampuan pemisahan antara respon simulasi komputer dan respon manusia. Parry pun juga termasuk ke dalam sistem pakar. 

NETtalk

Progam ini jenisnya cukup berbeda, berdasarkan pada jaring-jaring neuron, sehingga dinamakan NETtalk. Program ini dikembangkan oleh Sejnowki disekolah medis harvard dan Rosenberg di universitas Princeton. Dalam program ini, NETtalk membaca tulisan dan mengucapkannya keras – keras. NETtalk membaca keras-keras dengan cara mengkonversi tulisan menjadi fenom-fenom, unit dasar dari suara sebuah bahasa. Sistem ini memiliki tiga lapisan: lapisan input, dimana setiap unit merespons sebuah tulisan; lapisan output, dimana unit menampilkan ke 55 fenom dalam bahasa inggris; dan sebuah lapisan unit tersembunyi, dimana setiap unit ditambahkan koneksinya pada setiap unit input maupun output. NETtalk membaca dengan memperhatikan setiap tulisan satu demi satu, dan dengan menscanning tiga tulisan pada setiap sisi demi sebuah informasi yang kontekstual. Disini lafal ‘e’ pada ‘net’, ‘neglect’, dan ‘red’ bisa ditangkap dengan bunyi yang berbeda. Setiap NETtalk membaca sebuah kata, program ini membandingkan pelafalannya dengan lafal yang benar yang disediakan manusia, kemudian menyesuaikan kekuatannya untuk memperbaiki setiap kesalahan. NETtalk juga merupakan sistem.

Sumber : 
Achmad, B. (2006). Diktat mata kuliah: kecerdasan buatan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Kusrini. (2006). Sistem pakar, teori dan aplikasi. Yogyakarta: C.V Andi Offset.
Kusrini. (2008). Aplikasi sistem pakar menentukan faktor kepastian pengguna dengan metode kuantifikasi pertanyaan. Yogyakarta: C.V Andi Offset.




#SIP Sejarah Artificial Intelligent dan Hubungan Artificial Intelligent dengan Kognisi Manusia

Artikel kali ini akan membahas mengenai Artificial Intelligence (AI), apa itu AI? Bagaimana sejarah perkembangan AI? Serta apa hubungan antara AI dengan kognisi manusia?



Kecerdasan buatan (Artificial intellegence) adalah aktivitas penyediaan mesin seperti komputer dengan kemampuan untuk menampilkan perilaku yang akan dianggap sama cerdasnya dengan kemampuan tersebut ditampilkan oleh manusia. AI merupakan aplikasi komputeryang paling canggih karena aplikasi ini berusaha mencontoh cara pemikiran manusia. Menurut Turing dkk (1996), kecerdasan buatan adalah suatu perilaku sebuah mesin yang dikerjakan oleh manusia akan disebut cerdas.

Banyak hal yang kelihatannya sulit untuk kecerdasan manusia, tetapi untuk Informatika relatif tidak bermasalah. Seperti contoh: mentransformasikan persamaan, menyelesaikan persamaan integral, membuat permainan catur. Di sisi lain, hal yang bagi manusia kelihatannya menuntut sedikit kecerdasan, sampai sekarang masih sulit untuk direalisasikan dalam Informatika. Seperti contoh: Pengenalan Obyek, bermain sepak bola.

Sejarah Artificial Intelligence



Diawal abad ke-20 seorang penemu spanyol yaitu Torres Y Quevedo, membuat sebuah mesin yang dapat mengalahkan lawannya. Perkembangan secara sistematis kemudian dimulai segera setelah diketemukannya komputer digital. Artikel ilmiah pertama tentang kecerdasan buatan ditulis oleh Alan Turing pada tahun 1950 dan kelompok riset pertama dibentuk pada tahun 1954 di Carnegie Mellon University oleh Allen Newel dan Herbert Simon. AI pertama kali disebar hanya 2 tahun setelah General Electric menerapkan komputer yang pertama kali digunakan untuk penggunaan bisnis pada tahun 1956, dan istilah kecerdasan buatan pertama kali dibuat oleh John McCarthy sebagai tema suatu konferensi yang dilaksanakan di Dart Mouth College. Pada tahun yang sama, program komputer AI pertama yang disebut Logic Theorist, diumumkan. Kemampuan Logic Theorist yang terbatas untuk berfikir (membuktikan teorema-teorema kalkulus) mendorong para ilmuwan untuk merancang program lain yang disebut General Problem Solver (GPS), yang ditujukan untuk digunakan dalam memecahkan segala masalah. Proyek ini ternyata membuat para ilmuwan yang pertama kali menyusun program ini kewalahan dan riset AI dikalahkan oleh aplikasi-aplikasi komputer yang tidak terlalu ambisius seperti SIM dan DSS. Namun seiring waktu, riset yang terus menerus akhirnya membutuhkan hasil dan AI telah menjadi wilayah aplikasi komputer yang solid.

Hubungan Artificial Intelligence dengan Kognisi Manusia.

Teknologi Artificial Intelligence memiliki hubungan yang erat dengan dunia teknologi komunikasi dan informasi. Sama seperti proses komunikasi, Artificial Intelligence menaruh perhatian yang besar terhadap konsep kognisi. Salah satu fungsi kognisi yang kita kenal adalah bahasa. Dengan adanya sistem bahasa, komunikasi antara sender dengan receiver dapat berjalan dengan lancar, dan sistem bahasa, lebih spesifiknya sistem computer linguistic, pun telah menyumbang banyak kontribusi bagi perkembangan dunia Artificial Intelligence. Dari relasi ini, bisa terlihat bahwa bahasa sebagai salah satu konsep relevan dalam dunia komunikasi memiliki hubungan yang demikian erat dengan perkembangan teknologi artificial intelligence dari zaman dahulu hingga sekarang. Selain itu, penalaran dan pengambilan keputusan adalah aspek lainnya dari kognisi yang juga memiliki relasi dengan konsep komunikasi dan teknologi artficial intelligence sendiri.

Keterkaitan antara AI dengan kognisi manusia dapat ditunjukkan dengan konsep AI, di antaranya adalah
  •  Turing Test – Metode Pengujian Kecerdasan 
Turing test merupakan sebuah metode pengujian kecerdasan yang dibuat oleh Alan Turing. Proses uji ini melibatkan seorang penanya (manusia) dan dua objek yang ditanyai. Yang satu adalah seorang manusia dan satunya adalah sebuah mesin yang akan diuji. Penanya tidak dapat melihat langsung objek yang ditanyai. Penanya diminta untuk membedakan mana jawaban komputer dan mana jawaban manusia berdasarkan jawaban kedua objek tersebut. Jika penanya tidak dapat membedakan mana jawaban mesin dan mana jawaban manusia maka Turing berpendapat bahwa mesin yang diuji tersebut dapat diasumsikan ‘cerdas’.
  • Pemrosesan Simbolik

Komputer semula didesain untuk memproses bilangan/angka-angka (pemrosesan numerik). Sementara manusia dalam berpikir dan menyelesaikan masalah lebih bersifat simbolik, tidak didasarkan pada sejumlah rumus atau melakukan komputasi matematis. Sifat penting dari AI adalah bahwa AI merupakan bagian dari ilmu komputer yang melakukan proses secara simbolik dan non-algoritmik dalam penyelesaian masalah.
  • Heuristic

Istilah heuristic diambil dari bahasa Yunani yang berarti menemukan. Heuristic merupakan suatu strategi untuk melakukan proses pencarian ruang masalah secara selektif, yang memandu proses pencarian yang kita lakukan di sepanjang jalur yang memiliki kemungkinan sukses paling besar.
  • Penarikan kesimpulan

AI mencoba membuat mesin yang memiliki kemampuan berpikir atau mempertimbangkan. Kemampuan berpikir termasuk di dalamnya proses penarikan kesimpulan berdasarkan fakta-fakta dan aturan dengan menggunakan metode heuristic atau metode pencarian lainnya.
  • Pencocokan pola


AI bekerja dengan metode pencocokan pola yang berusaha untuk menjelaskan objek, kejadian atau proses, dalam hubungan logis atau komputasional. Selain ditunjukkan dengan konsep, keterkaitan antara AI dengan kognisi manusa juga ditunjukkan melalui kelebihan dan kelebihan yang dimiliki masing-masing.

Jika dibandingakan dengan kognisi manusia, ada beberapa keuntungan dari AI, yaitu
  1. Lebih permanen.
  2. Memberikan kemudahan dalam duplikasi dan penyebaran.
  3. Relatif lebih murah dari kecerdasan alamiah.
  4. Konsisten dan teliti.
  5. Dapat didokumentasi.
  6. Dapat mengerjakan beberapa tugas dengan lebih cepat dan lebih baik dibanding manusia.

Sedangkan kelebihan kognisi manusia dibanding AI adalah,

  1. Bersifat lebih kreatif.
  2. Dapat melakukan prose pembelajaran secara langsung, sementara AI harus mendapatkan masukan berupa symbol dan representasi-representasi.
  3. Menggunakan focus yang luas sebagai referensi untuk pengambilan keputusan.
  4. Komputer dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang objek, kegiatan, proses, dan dapat memproses sejumlah besar informasi dengan lebih efisien daripada yang dapat dikerjakan manusia. Namun di sisi lain, dengan menggunakan insting, manusia dapat melakukan hal yang sulit untuk deprogram pada komputer. Manusia dapat mengenali hubungan antara beberapa hal, menilai kualitas dan menemukan pola yang menjelaskan hubungan tersebut.

Referensi :
Jr., Raymond., McLeod. & Schell., P., George. (2008). Management Information System: Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Penerbit Salemba Empat
Jones, M. T. (2008). Artificial intelligence: a system approach. USA: Infinity science press.
Kumar, E. (2008). Artificial Intelligence. New Delhi: I. K. International Publishing House.
Konar, A. (1999). Artificial intelligence and soft computing: behavioral and cognitive of the human brain. USA: CRS Press.
McLeod, R. & Schell, J. P. (2008). Sistem informasi manajemen, edisi ke-10. Jakarta: Salemba Empat.
Whitby, B. (2009). Artificial intelligence. New York: The Rosen Publishing Group.